Dalam kehidupan yang serba cepat dan penuh tekanan, sering kali kita merasa terjebak dalam rutinitas yang mengharuskan kita untuk selalu tampil baik di depan orang lain.
Ada standar yang tak terucapkan, yang menyatakan bahwa kita harus selalu bahagia, produktif, dan mampu mengatasi segala hal tanpa hambatan. Namun, kadang-kadang hidup tak berjalan sesuai rencana.
Ada saat-saat di mana kita merasa lelah, bingung, bahkan putus asa. Pada momen seperti ini, perasaan kita mungkin bertentangan dengan harapan yang kita miliki untuk diri sendiri atau yang dituntut oleh orang lain. Inilah saatnya kita perlu mengingatkan diri sendiri: It's okay not to be okay.
Mengapa Kita Merasa Harus Selalu Baik?
Sejak kecil, kita sering diajarkan untuk menjadi yang terbaik. Dalam beberapa budaya, ada harapan yang kuat untuk selalu tampil sempurna, baik dalam akademis, pekerjaan, maupun hubungan sosial.
Hal ini tercermin dalam berbagai media sosial, di mana orang-orang memamerkan versi terbaik dari hidup mereka. Setiap kebahagiaan, kesuksesan, dan pencapaian sering dibagikan untuk mendapatkan pengakuan atau sekadar untuk menunjukkan bahwa kita sedang baik-baik saja.
Namun, kenyataannya jauh lebih kompleks. Di balik gambar bahagia yang sering kita lihat, banyak orang yang berjuang dengan perasaan kesepian, cemas, atau bahkan depresi.
Sering kali kita merasa tertekan untuk tetap tampil ceria dan produktif, meskipun hati kita terasa hampa. Inilah yang disebut dengan toxic positivity, atau memaksakan untuk selalu bersikap positif meski hati tidak mendukung.
Kita terlalu sering membohongi diri sendiri dengan mengatakan, "Saya baik-baik saja," meskipun kenyataannya tidak demikian.
Stop Membohongi Diri Sendiri!
Mengakui bahwa kita tidak baik-baik saja adalah langkah pertama menuju pemulihan. Seringkali kita menghindari perasaan yang tidak nyaman karena takut dianggap lemah atau gagal.
Kita merasa malu untuk mengakui bahwa kita merasa cemas, marah, atau bahkan tidak berdaya. Namun, perasaan-perasaan ini adalah bagian dari menjadi manusia. Menghindari atau menekan emosi ini hanya akan memperburuk kondisi mental kita.
Mengakui bahwa kita tidak baik-baik saja bukan berarti kita gagal. Sebaliknya, itu adalah bentuk keberanian. Keberanian untuk berhenti berpura-pura dan mulai merawat diri kita sendiri dengan cara yang lebih sehat.
Ketika kita berhenti membohongi diri sendiri, kita memberi ruang untuk pemulihan, bertumbuh, dan penerimaan diri.
Menerima Diri Seperti Apa Adanya
Salah satu cara untuk mulai menerima diri adalah dengan memahami bahwa perasaan kita adalah valid. Tidak ada yang salah dengan merasa sedih, kecewa, atau cemas. Itu adalah reaksi normal terhadap tantangan yang kita hadapi.
Yang lebih penting adalah bagaimana kita merespons perasaan tersebut. Apakah kita mencoba untuk menekannya, ataukah kita memberi waktu untuk merasakannya dan kemudian mencari cara untuk menghadapinya dengan cara yang lebih sehat?
Menulis jurnal, berbicara dengan seseorang yang kita percayai, atau sekadar mengambil waktu untuk diri sendiri dapat membantu kita untuk lebih memahami perasaan kita.
Ketika kita belajar menerima perasaan kita, kita membuka pintu untuk penyembuhan dan bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Mengapa Menyembuhkan Diri Itu Penting?
Penyembuhan tidak berarti bahwa kita akan langsung merasa lebih baik setelah mengakui perasaan kita. Namun, itu adalah langkah penting dalam perjalanan menuju kesejahteraan mental.
Ketika kita memberi izin pada diri kita untuk merasa tidak baik-baik saja, kita juga memberi izin untuk mulai menyembuhkan luka-luka yang ada, baik yang terlihat maupun yang tersembunyi.
Ini adalah proses yang memerlukan waktu, tetapi semakin cepat kita mulai, semakin cepat pula kita bisa menemukan kedamaian dalam diri sendiri.
Terkadang, kita perlu mencari bantuan profesional untuk memulai proses ini. Terapi atau konseling dapat menjadi ruang yang aman untuk mengekspresikan perasaan kita tanpa takut dihakimi.
Menyembuhkan diri adalah sebuah perjalanan, bukan tujuan yang harus dicapai dalam waktu singkat.
Langkah Kecil Menuju Kesejahteraan
Setiap langkah kecil yang kita ambil untuk merawat diri kita adalah sebuah kemenangan. Ini bisa berarti tidur yang cukup, makan dengan baik, atau melakukan kegiatan yang menyenangkan.
Terkadang, itu berarti memberi diri kita izin untuk beristirahat tanpa merasa bersalah. Proses penyembuhan juga termasuk belajar untuk memberi diri kita kasih sayang yang sama seperti yang kita berikan kepada orang lain.
Satu hal yang perlu diingat adalah bahwa kita tidak sendirian dalam perasaan ini. Banyak orang di sekitar kita, meskipun mereka tampak baik-baik saja, juga menghadapi tantangan yang serupa.
Bersama-sama, kita bisa membangun ruang yang lebih terbuka untuk berbicara tentang perasaan kita tanpa takut dihakimi atau dianggap lemah.
Kesimpulan
"It's okay not to be okay" adalah pesan yang penting untuk kita semua ingat. Tidak ada yang sempurna, dan tidak ada yang bisa terus-menerus merasa bahagia atau produktif sepanjang waktu.
Perasaan kita adalah bagian dari diri kita, dan kita berhak untuk merasakannya. Berhenti membohongi diri sendiri adalah langkah pertama dalam perjalanan menuju penerimaan dan penyembuhan.
Jika kita bisa berhenti berpura-pura baik-baik saja dan mulai merawat diri kita dengan penuh kasih sayang, maka akan lebih bahagia, dan lebih berdamai dengan diri kita sendiri.
Jika kita bisa berhenti berpura-pura baik-baik saja dan mulai merawat diri kita dengan penuh kasih sayang, maka akan lebih bahagia, dan lebih berdamai dengan diri kita sendiri.
Semoga bermanfaat, ya.
Have a nice day!
Referensi:
https://www.psychologytoday.com
https://id.theasianparent.com
Post a Comment