Pernahkah Anda merasa perlu menjelaskan sesuatu secara berlebihan, bahkan untuk hal-hal yang sederhana?
Kebiasaan ini dikenal sebagai over explaining, sebuah pola komunikasi yang sering kali muncul akibat pengalaman masa lalu yang penuh tekanan atau trauma.
Bagi banyak orang, over explaining bukan sekadar kebiasaan; itu adalah respons emosional yang mendalam terhadap rasa takut, kecemasan, atau ketidakpercayaan pada diri sendiri.
Mengapa trauma bisa memicu perilaku ini? Bagaimana pengalaman masa lalu yang menyakitkan membentuk cara kita berkomunikasi? Dalam artikel ini, kita akan mengeksplorasi keterkaitan antara trauma dan over explaining, serta langkah-langkah untuk mengatasinya.
Apa Itu Over Explaining?
Secara sederhana, over explaining adalah kebiasaan memberikan terlalu banyak detail dalam menjelaskan sesuatu.
Alih-alih menyampaikan inti dari pesan, seseorang yang over explain cenderung membahas aspek-aspek yang tidak relevan atau terlalu mendalam. Ini sering dilakukan untuk memastikan bahwa pesan mereka dipahami dengan sempurna.
Namun, kebiasaan ini bisa menjadi beban, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Dalam percakapan, terlalu banyak penjelasan dapat membuat orang lain merasa kewalahan, bingung, atau bahkan kehilangan perhatian.
Selain itu, bagi pelakunya sendiri, over explaining dapat menjadi tanda adanya masalah yang lebih mendalam, seperti trauma emosional atau kecemasan sosial.
Bagaimana Trauma Memicu Over Explaining?
Trauma, terutama yang berasal dari pengalaman pengabaian, kritik berlebihan, atau penyalahgunaan, dapat meninggalkan jejak yang mendalam dalam cara seseorang memandang dirinya sendiri dan dunia di sekitarnya. Berikut beberapa cara trauma dapat memicu over explaining:
1. Rasa Tidak Cukup Baik
Trauma sering kali membuat seseorang merasa tidak cukup baik atau tidak layak didengar. Perasaan ini mendorong mereka untuk memberikan lebih banyak detail dalam penjelasan mereka, dengan harapan bahwa hal itu akan membuat mereka lebih dapat diterima atau dipahami.
Misalnya, seseorang yang sering dikritik di masa lalu mungkin merasa bahwa mereka harus "membuktikan" dirinya setiap kali berbicara. Mereka merasa bahwa penjelasan yang panjang lebar adalah cara untuk menunjukkan bahwa mereka tahu apa yang mereka bicarakan.
Misalnya, seseorang yang sering dikritik di masa lalu mungkin merasa bahwa mereka harus "membuktikan" dirinya setiap kali berbicara. Mereka merasa bahwa penjelasan yang panjang lebar adalah cara untuk menunjukkan bahwa mereka tahu apa yang mereka bicarakan.
2. Takut Disalahpahami
Pengalaman trauma sering kali melibatkan situasi di mana seseorang merasa disalahpahami atau diabaikan. Untuk menghindari hal ini terjadi lagi, mereka mungkin merasa perlu menjelaskan setiap detail untuk memastikan bahwa tidak ada ruang untuk kesalahpahaman.
Takut disalahpahami ini bisa muncul dalam berbagai konteks, seperti hubungan pribadi, tempat kerja, atau bahkan percakapan sehari-hari.
Orang yang mengalami ini sering kali merasa bahwa mereka harus "memastikan" jika lawan bicara benar-benar mengerti apa yang mereka maksud.
3. Kebutuhan untuk Mengontrol Situasi
Trauma dapat meninggalkan perasaan kehilangan kendali atas hidup atau lingkungan. Dalam upaya untuk mendapatkan kembali rasa kontrol, seseorang mungkin menggunakan over explaining sebagai cara untuk mendominasi percakapan atau memastikan bahwa semua aspek situasi sudah tercakup.
Mereka merasa bahwa dengan memberikan semua informasi, mereka dapat mengurangi kemungkinan adanya kejutan, kritik, atau konflik. Sayangnya, ini sering kali justru menciptakan kebingungan atau frustrasi pada orang lain.
Dampak Over Explaining pada Kehidupan Sehari-hari
Kebiasaan over explaining dapat memiliki dampak negatif, baik pada hubungan interpersonal maupun pada kesejahteraan mental seseorang. Berikut beberapa dampaknya:
1. Hubungan yang Tidak Seimbang
Dalam hubungan pribadi, over explaining dapat membuat pasangan, teman, atau anggota keluarga merasa lelah atau terbebani.
Mereka mungkin merasa bahwa percakapan menjadi terlalu berat atau sulit diikuti, yang pada akhirnya dapat menciptakan jarak emosional.
2. Karier yang Terdampak
Di tempat kerja, over explaining dapat membuat seseorang terlihat tidak percaya diri atau terlalu rumit.
Rekan kerja atau atasan mungkin merasa bahwa mereka tidak bisa mendapatkan jawaban langsung, yang dapat memengaruhi penilaian terhadap kinerja seseorang.
3. Peningkatan Kecemasan
Alih-alih meredakan kecemasan, over explaining sering kali justru memperburuknya. Semakin banyak seseorang mencoba menjelaskan, semakin mereka merasa tidak yakin apakah penjelasan mereka cukup jelas. Ini menciptakan lingkaran setan yang sulit dipatahkan.
Cara Mengatasi Kebiasaan Over Explaining
Mengatasi over explaining memerlukan kesadaran dan upaya untuk menyembuhkan akar permasalahan, yaitu trauma yang belum terselesaikan. Berikut beberapa langkah yang dapat membantu:
1. Kenali Pola Anda
Langkah pertama adalah menyadari kapan Anda cenderung memberikan penjelasan berlebihan. Perhatikan situasi atau emosi apa yang memicu kebiasaan ini. Apakah Anda melakukannya karena takut disalahpahami, atau karena merasa tidak percaya diri?
2. Praktikkan Komunikasi yang Ringkas
Latihan menyampaikan pesan secara ringkas dan jelas dapat membantu Anda mengurangi kebiasaan over explaining. Cobalah untuk fokus pada inti pesan dan beri kesempatan kepada lawan bicara untuk bertanya jika mereka membutuhkan lebih banyak detail.
3. Bangun Kepercayaan Diri
Trauma sering kali merusak rasa percaya diri. Berinvestasi dalam pengembangan diri, seperti terapi atau konseling, dapat membantu Anda mengatasi rasa tidak cukup baik dan membangun kembali kepercayaan diri.
4. Latih Mindfulness
Mindfulness atau kesadaran penuh dapat membantu Anda tetap fokus pada saat ini dan mengenali dorongan untuk over explain.
Dengan melatih mindfulness, Anda dapat belajar untuk berhenti sejenak sebelum memberikan penjelasan berlebihan.
Dengan melatih mindfulness, Anda dapat belajar untuk berhenti sejenak sebelum memberikan penjelasan berlebihan.
5. Bantuan Profesional
Jika over explaining berakar pada trauma yang mendalam, mencari bantuan dari terapis atau konselor dapat menjadi langkah penting.
Terapi dapat membantu Anda mengidentifikasi dan mengatasi pola-pola yang terbentuk dari pengalaman masa lalu.
Terapi dapat membantu Anda mengidentifikasi dan mengatasi pola-pola yang terbentuk dari pengalaman masa lalu.
Kesimpulan
Over explaining sering kali lebih dari sekadar kebiasaan komunikasi; itu adalah respons emosional terhadap luka batin yang belum sembuh.
Trauma masa lalu dapat membuat seseorang merasa sulit untuk dipahami, yang pada akhirnya mendorong mereka untuk menjelaskan secara berlebihan dalam upaya untuk mengatasi rasa takut dan kecemasan mereka.
Namun, penting untuk diingat bahwa pola ini dapat diubah. Dengan kesadaran, latihan, dan dukungan, Anda dapat belajar untuk berkomunikasi dengan lebih percaya diri dan efektif tanpa merasa perlu memberikan penjelasan yang berlebihan.
Proses ini membutuhkan waktu, tetapi setiap langkah kecil menuju pemulihan adalah pencapaian yang berarti.
Semoga bermanfaat, ya.
Semoga bermanfaat, ya.
Have a nice day!
Referensi:
https://www.psychologytoday.com
https://www.verywellmind.com
Post a Comment