Setelah melewati tahapan pertama yaitu Identifikasi Masalah, kini saatnya melangkah ke tahapan berikutnya/tahapan kedua yaitu Temukan Teman. Apa saja yang perlu dilakukan pada tahapan kedua ini?
Pertama, jatuh cintalah pada masalahmu! Jangan terburu-buru untuk memikirkan solusi, gali lebih dalam masalahmu, lagi dan lagi! Maksudnya bagaimana? Menggali masalah lebih mendalam, memetakannya, lalu menjadikannya sebagai problem statement adalah hal yang mendasar, sehingga kita tidak salah mengambil sebuah solusi.
Selanjutnya, temukan teman!
Kenapa Perlu Teman?
Kita enggak mungkin bisa menyelesaikan masalah sendirian, karena kita perlu proses yang berkelanjutan, meskipun itu adalah masalah pribadi. Maka, diperlukan tim yang solid, yang dapat mewujudkan solusi dari permasalahan yang kita miliki. It takes an ecosystem to create a changemaker mother.Jika masalah pribadi akan diselesaikan sendiri, biasanya akan menjadi blunder (berputar terus-menerus). Maksudnya bagaimana? Ya pada akhirnya kita enggak membuat solusi bagi diri sendiri, keluarga, dan banyak orang. Yang terjadi adalah kita hanya membuat resolusi terus-menerus yang hanya berakhir di wish-list kita. Dan, kalaupun bisa diselesaikan, seringkali sifatnya tidak berkelanjutan.
Lihatlah kembali problem statement kita, jatuh cintalah pada masalah kita, dan lihat pula analisis akar masalah kita. Kira-kira adakah teman-teman atau siapapun yang memiliki masalah yang sama? Dengan bekerjasama dengan orang-orang yang memiliki masalah dan kepedulian yang sama, insya Allah masalah akan terselesaikan dan bonusnya adalah kebermanfaatan bagi sesama.
Dengan begitu, kita akan membangun sebuah legacy (warisan) untuk anak-cucu kita. Karena hidup di dunia adalah sementara. Kita perlu membangun cita-cita untuk mewariskan suatu nilai yang bermanfaat bagi anak dan keturunan kita selanjutnya.
Teman Kita
Siapa saja teman kita?
1. Mereka yang mempunyai masalah yang sama dengan kita
Lihatlah, siapa saja yang mempunyai masalah yang sama dengan kita.
2. Mereka yang mempunyai kepedulian yang sama dengan kita
Lihatlah rasa empati mereka, meskipun tidak mempunyai masalah yang sama dengan kita. Namun kepeduliannya sangat besar.
3. Mereka yang mempunyai pengaruh terhadap masalah kita
4. Mereka yang mempunyai keterampilan berbeda dengan kita
Antara hard skills dan soft skills berbeda dengan kita. Sehingga akan menjadi sebuah tim yang menyenangkan.5. Mereka yang mempunyai antusiasme untuk menjadi bagian dari solusi
6. Mereka yang memiliki mindset bahwa hidupnya akan menjadi bagian sebuah solusi, bukan masalah
Tim Kita
Siapa saja yang bisa menjadi tim kita?
- Anggota Keluarga
Jika masalah tersebut merupakan masalah keluarga yang harus diselesaikan secara bersama-sama, cukup dengan anggota keluarga saja.- Teman satu Kampus Ibu Pembaharu
- Teman satu regional non mahasiswa Kampus Ibu Pembaharu
- Teman sesama member Ibu Profesional
- Teman di luar Ibu Profesional
Bagaimana Caranya?
Bagaimana caranya untuk membentuk sebuah tim?- Lihat kembali Problem Statement dan akar masalah yang dimiliki. Jadikan kedua hal tersebut sebagai pijakan untuk melangkah.
- Buat narasi yang menarik melalui media apapun, sehingga memunculkan empati bagi yang membaca, mendengar, dan menontonnya.
- Gunakan user persona atau orang-orang yang saat ini terkena dampak dan yang akan merasakan manfaatnya apabila kita berhasil menyelesaikannya.
Pemetaan
Apa saja yang perlu dipetakan?- Petakan soft skills dan hard skills apa saja yang sudah kita miliki, lalu soft skills dan hard skills lainnya yang kita perlukan.
- Petakan peran dan tugas apa saja yang diperlukan oleh tim kita. Sehingga kita akan mendapatkan orang yang tepat.
- Petakan sumber daya yang telah didapatkan selama proses rekruitmen. Karena hal ini akan menjadi sebuah resource center team.
Berikut adalah pemetaan hard skills dan soft skills pribadi.
Skills for Effective Teamwork
Effective teamwork is important not only for an organization to succeed, but also for its people's well being. (Kerja tim yang efektif penting tidak hanya bagi keberhasilan organisasi, tetapi juga kesejahteraan anggotanya)Skill for effective teamwork, diantaranya:
1. Communication Skills
Keterampilan komunikasi penting bagi leader adalah kemampuan mendengarkan. Keterampilan mendengarkan secara profesional adalah mendengarkan pesan, emosi di balik pesan, dan mempertimbangkan pertanyaan yang relevan tentang pesan tersebut.
2. Collaboration Skills
Bagaimana kita sebagai collaborative leaders, berpindah dari top down ke team centric (bukan heararki lagi, melainkan team of team). Dalam sistem ini secara teratur mencari keragaman pendapat dan ide di antara rekan satu team untuk membangun strategi dan memecahkan masalah.Pada akhirnya anggota tim merasa terlibat, merasa dipercaya, dan lebih cenderung merasa memiliki atas pekerjaan mereka.
3. Problem Solving Skills
Keterampilan yang meliputi; (a) identifikasi dan definisikan masalahnya, (b) gunakan data, (c) fokus pada solusi.4. Planning and Organizing Skills
Yaitu keterampilan perencanaan dan pengorganisasian yang akan membantu mengelola waktu, alat, dan sumber daya untuk mencapai tujuan.5. Conflict Management
Untuk menghindari conflict management ini maka tetapkan golden rules sebelum muncul konflik.Golden Rules atau sebuah aturan emas, adalah prinsip yang harus diingat, karena ini akan membantu kita untuk menjadi sukses. Sumber: https://www.collinsdictionary.com
“The strength of the team is each individual member. The strength of each member is the team.” Phil Jackson.
Jadi, kekuatan dari tim itu adalah masing-masing anggotanya. Mereka akan saling mendukung, satu dengan yang lainnya.
Masalah Penting : Manajemen Emosi
Apa sih masalahku? Hemm… Sebenarnya ada dua permasalahan besar yang ingin aku tuntaskan. Hal ini pun sudah kutuliskan di tahapan pertama, yaitu Manajemen Emosi dan Manajemen Waktu. Nah, karena menurutku pribadi manajemen waktu ini ternyata dampak dari pengelolaan emosi yang tidak tepat.Lah kok bisa? Nah, aku pun juga enggak tahu, tapi hasil analisa pribadi seperti itu, cieh haha... Dan pada akhirnya aku pun menyimpulkan bahwa, aku harus menuntaskan manajemen emosi ini, entah sampai kapan, karena ini pun sudah sejak Kelas Bunda Cekatan dulu hingga sekarang nyatanya belum selesai.
Anyway, sejujurnya pada tahapan kedua ini membuatku banyak berpikir dan merenung.
Kenapa? Hingga kini aku belum selesai dengan masalah sendiri, terus harus melakukan campaign dengan mengangkat masalah kita (pada tahapan pertama) dan membentuk tim. “Hemm, bagaimana ya caranya? Apa itu mungkin? Apa itu bisa?” sepanjang pemaparan Bu Septi aku pun terus bertanya-tanya pada diri sendiri.
Campaign dengan ‘membuka masalah pribadi’? Wow! Ini tantangan banget buatku yang nggak biasa update di media sosial, trus gembor-gembor. “Duh, alamat nggak lanjut Kelas Bunsal nih”, pikirku waktu itu.
Namun, tak disangka-sangka pada saat sesi diskusi dibuka, ku temukan komentar Mbak Rusna Meswari yang woro-woro mengajak ‘ngumpul bersama’ teman-teman 'satu jurusan' yaitu manajemen emosi.
Dan, tanpa pikir panjang aku pun langsung membalas komentarnya dan bersedia untuk bergabung. Kenapa harus Mbak Rusna? Pertama, pastinya kami di satu bidang yang sama (emosi negatif) dan kami adalah satu keluarga Manajemen Emosi di Kelas Bunda Cekatan. Kedua, jam terbang tinggi (salah satunya manajemen emosi dengan Quran Jurnaling), ilmu yang sangat mumpuni, dan sebenarnya beliau bisa dikatakan sudah selesai dengan masalah tersebut, tinggal me-maintenance.
Inilah tantangan untuk menjadi seorang Ibu Pembaharu, yaitu membangun suatu gerakan bermanfaat dari problem statement yang dimiliki. Dalam membuat gerakan tentunya enggak bisa sendirian dong, harus membentuk sebuah tim (minimal dengan 1 orang selain diri sendiri). Oleh karenanya, kita memerlukan teman dan tim yang solid untuk mewujudkannya. Karena kita enggak mungkin menyelesaikan masalah itu sendirian.
My Team
Pada Kamis, 22 Juli lalu, kami sudah melakukan diskusi melalui Zoom Meeting untuk saling berkenalan, sharing problem statement masing-masing, dan solusi yang selama ini dilakukan jika emosi hadir menghampiri.Asli, ini seru banget! Aku merasa bahagia, karena bisa curhat apa yang aku rasakan selama ini, hehe… Waktu itu kami masih berlima. Nah, setelah tanggal 23 Juli, ada 3 anggota baru yang bergabung, alhamdulillah.
Kemudian, kami pun lanjut berdiskusi di WAG untuk pemetaan hard skills dan soft skills, role and task, serta nama team. Setelah melalui voting, akhirnya terpilih nama Temani untuk nama tim kami. Temani merupakan akronim dari Tuntas Emosi Negatif.
Jadi, untuk saat ini Temani mempunyai 8 anggota (semua adalah mahasiswi Kampus Ibu Pembaharu), semoga seiring berjalannya waktu akan terus bertambah. Siapakah dia? Diantaranya, (1) Rusna Meswari/ Leader, (2) Aprilia Prihatini, (3) Hasriani Santaria, (4) Irma Febriana, (5) Maulidya Risdza Rindawan, (6) Rizkina Ika Aryana, (7) Syarifah Aini, dan (8) Yayan Nurlian.
Karena sudah mendapatkan tim, maka aku pun enggak jadi berkampanye, meskipun ada bahan yang sudah kusiapkan. Untuk saat ini aku fokus dulu menjadi anggota, dengan begitu aku pun bisa belajar mengasah skill leadership untuk persiapan di masa mendatang, jika ada kesempatan. Biidznillah.
Post a Comment