Ketika menjadi seorang ibu, maka dimulailah fase pembelajaran bagi seorang wanita. Saat hamil, belajar bagaimana menjaga asupan gizi, belajar cara mempersiapkan kehamilan, belajar cara menyusui.
Saat melahirkan, dimulailah fase belajar baru. Bagaimana merawat bayi, memberi ASI hingga teori pengasuhan lainnya. Maka, aku pun belajar lagi. Berburu teori parenting kesana-kemari, hingga menemukan komunitas yang cocok.
Di komunitas tersebut, tidak hanya membahas tentang parenting saja, melainkan bagaimana mengaktualisasi diri dalam kehidupan nyata. Alhamdulilah.
Kemudian, terbesit pertanyaan? Mengapa ya aku sibuk belajar ini itu? Sejak jadi ibu rasanya tak habis-habis ilmu yang aku pelajari. Mulai dari parenting hingga mengelola rumah tangga.
Kemudian aku teringat sebuah syair Arab "Al-ummu madrosatul ula’, iza a’dadtaha a’dadta sya’ban thayyibal a’raq". Yang artinya Ibu adalah sekolah utama, bila engkau mempersiapkannya, maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik. Dari Ibu lah anak-anak pertama kali belajar. Ibu sebagai agen sosialisasi primer.
Ibu adalah Madrasah Utama
Ibu, adalah madrasah pertama dalam proses pendidikan manusia. Ia membawa peran penting dalam kehidupan. Jika ia salah dalam mendidik dan menanamkan akhlak pada anak, tentu menjadi awal kehancuran generasi berikutnya.
Ibu harus memiliki bekal baik ilmu, pandangan hidup dan mengintrospeksi diri. Bahkan, untuk menjadi seorang ibu perlu persiapan sejak dini dimulai sejak mengenal rasa suka kepada lawan jenisnya.
Tentu tugas seorang ibu ini bukan pekerjaan mudah. Harus melibatkan pemahaman akan tugas menjadi ibu secara keseluruhan. Dan tentu akan banyak hambatan dan kesulitan yang dihadapi dan membutuhkan kerjasama yang baik sehingga dapat menjalaninya dengan baik. Tentu kerja sama ini perlu dikomunikasikan dengan suami.
Tantangan Mendidik Anak
Namun, seiring berkembangnya zaman, kita hidup di era globalisasi dengan perkembangan teknologi yang pesat seperti sekarang ini tak dapat dipungkiri ada berbagai tantangan yang kita hadapi dalam mendidik anak, diantaranya:
1. Gadget
Ketergantungan anak pada gadget dan internet seringkali menjadi permasalahan bagi para Ibu. Dampak buruk yang dapat ditimbulkan dari penggunaan gadget ini adalah kesehatan mental anak yang terganggu.
Kecenderungan lebih mudah marah, depresi dan kurang motivasi untuk bergerak dan belajar. Selain itu, efek negatif pada orang dewasa ialah kurang beretika, rentan anxiety dan kecanduan. Dampak lain yang mungkin ialah tumbuh kembang otak anak menjadi tidak dapat berkembang secara natural.
Ini menjadi tantangan besar bagi orangtua millennial. Sebagai generasi yang juga bergantung pada internet dan gadget, sulit rasanya melarang anak terlalu dekat dengan teknologi.
2. Sulit untuk mempercayai informasi dari orang tua
Banyaknya informasi yang didapatkannya dari internet mempunyai dampak positif dan negatif. Sisi baiknya, ia mendapat pengetahuan baru dari hal-hal positif yang ditemukan di internet.
Namun pada sisi negatif yang tidak bisa dipungkiri, bahwa anak menjadi sulit mempercayai informasi yang diterima meski dari orang tuanya sendiri. Anak merasa bisa menemukan banyak hal di internet, namun bingung harus mempercayai yang mana.
3. Kurangnya pengawasan
Meski tinggal bersama, namun pada kenyataannya orang tua tidak bisa mengawasi anak selama 24 jam penuh. Seringkali kecolongan memonitor sang anak yang semakin terbiasa mengakses internet.
4. Sulit membagi waktu
Kesibukan orang tua tak ayal membuat fokus terbagi. Terkadang sulit membagi waktu antara menyelesaikan pekerjaan dan membersamai anak-anak. Hal ini membuat anak menjadi bebas mengakses internet tanpa tahu waktu.
5. Memilih teknologi yang tepat
Terkadang salah satu solusi agar anak tidak merengek, orang tua seringkali memberinya handphone. Dengan cara tersebut orangtua merasa jika anak akan terhibur.
Padahal sebelum memberikan anak kesempatan untuk mengakses teknologi, orang tua perlu tahu teknologi yang aman dan ramah untuk si kecil.
Dengan berbagai tantangan di zaman sekarang, maka memang seorang ibu harus belajar di sepanjang hayatnya. Mengikuti perkembangan ilmu, informasi serta teknologi yang ada, sehingga bisa mendidik anak dengan bijak.
Ibu yang cerdas, akan menghasilkan anak yang cerdas pula. Syair Arab tadi sering menjadi penyemangat bagiku, saat lelah menghampiri. Menjadi pembasuh dari setiap peluh saat harus membersamai anak-anak.
Catatan buatku pribadi, “Jangan menyerah belajar, sebab anak-anak membutuhkan semua ilmumu”. Belajar dan selalu mendampingi anakmu dengan sabar dan ikhlas. Semoga Allah memberikanku kemudahan. Aamin Ya Rabbal Alamin…
Masya Allah.. .ibu besar nian tantanganmu
ReplyDeleteMasya Allah yang memiliki ibu mau belajar terus menerus.
ReplyDeleteJangan lupa ajak sang ayah juga untuk belajar :)
ReplyDeleteJadi ibu harus siap untuk terus upgrade ilmu. Karena sekarang semuanya sangat berbeda dengan dulu. Wah, jadi kagum sama bunda-bunda di luar sana :)
ReplyDeleteTantangan screen time gadget berbanding lurus dengan fakta kebutuhan gadget untuk daring >.<
ReplyDeleteMasyaallah, semoga menjadi ummahat terbaik itu anak-anak kita kelak.
ReplyDeleteMasyaallah, menjadi ibu memang hal yang perlu dipelajari betul2
ReplyDeleteSemangat untuk para ibu yang sedang melaksanakan tugasnya mengasuh putra putri tercinta.
MaasyaAllah, sangat bagus untuk dibaca..... sebagai bekal berkeluarga:)
ReplyDeleteSemangat untuk ibu-ibu seperti ku 😁
ReplyDeleteSemangat,Kak..
ReplyDeleteAnak" kakak pasti bakal jadi anak: yg baik
Bagus mba tulisannya, cocok bnget buat calon ibu
ReplyDeletekian di hadapkanpada perkembangan kian banyak tantangan dalam mendidik anak ya bun,
ReplyDeletetidak ada yang mengalahkan interaksi antara ibu dan anak dalam penyampaian interaksi. Tidak juga oleh kemajuan teknologi
ReplyDeleteIbu adalah madrasah pertama.....memang ibu adalah seorang pembelajar abadi
ReplyDeletePekerjaan ibu memang bukan pekerjaan mudah dan banyak tantangan. Semoga dimampukan.
ReplyDelete