Belanja memang diyakini bisa memberi kebahagiaan tersendiri bagi banyak orang, terutama wanita. Terkadang, saat berbelanja kita kerap lupa diri hingga menghabiskan banyak uang. Celakanya, apa yang kita beli seringkali bukan barang yang kita butuhkan, melainkan yang kita inginkan.
Aku mau sedikit cerita nih, pernah saat itu aku pergi ke mall rencana awal sih hanya ingin ke Carrefour untuk belanja kebutuhan dapur kemudian lanjut makan siang, kebetulan saat itu pas lagi weekend.
Begitu masuk mall, eh ternyata pas lagi on season (musim sale). Nah lho, yang tadinya mau langsung menuju Carrefour, eh akhirnya melipir dulu ke counter sebelah untuk cuci mata, apalagi yang disale barang-barang incaran. Oh No!
Merasa bersalah juga pada suami, doi yang sudah menunggu lama, namun aku sendiri masih muter-muter di outlet tersebut kurang lebih satu jam, demi memilih-milih barang yang mau aku beli. Akhirnya terpaksa menunda belanja kebutuhan dapur, karena pengeluaran sudah membengkak, tak sesuai rencana.
Kejadian seperti itu sering terjadi, meskipun suami nggak marah tapi lama kelamaan kok jadi semakin merasa bersalah dan nggak profesional sebagai manajer keuangan keluarga, ciehhh, haha...
Karena seharusnya lah seorang manajer keuangan dalam sebuah keluarga menjadi seorang pembelanja yang bijaksana dan cerdas, mengatur keuangan dengan tepat. Oleh karena itu, perlunya manajemen berbelanja agar pengeluaran sesuai rencana, sesuai target dan meminimalisasi pemborosan.
Agak tricky juga sih, tidaklah sulit juga tidak mudah bagiku yang memang suka berbelanja kebutuhan sekunder ini. Namun untuk berbelanja secara cerdas, haruslah dibutuhkan triks dan kedisiplinan.
Siasati dengan Bijak
Setelah banyak membaca, mencari referensi, akhirnya ada beberapa trik yang paling tepat dan kemungkinan bisa aku jalankan.
Berikut ini adalah beberapa trik yang selama ini aku coba latih dan terapkan untuk saat ini dan semoga konsisten.
1. Menyibukkan diri di Rumah
Dengan kesibukan-kesibukan selama di rumah, misalnya saja mengikuti berbagai kelas online, workshop online dan sebagainya. Ternyata membuatku semakin sibuk dan bisa melupakan keinginan untuk berbelanja, offline maupun online.
Dulu ketika nggak ada yang dilakukan di rumah, lebih tepatnya kegiatan nggak sepadat sekarang, sering ada keinginan untuk pergi ke mall. Dengan dalih refreshing, eh nggak taunya ada godaan untuk membeli barang meski awalnya hanya sekedar melihat display di berbagai outlet.
2. Menyusun Anggaran Secara Bertahap
Menerapkan berbagai macam kebijakan dalam anggaran keuangan, hal ini bertujuan untuk menghentikan pemborosan uang. Memang bukan sebuah pekerjaan yang mudah sih, akan dibutuhkan sebuah perhitungan dan pertimbangan yang cermat dalam menyusun sebuah anggaran yang tepat.
Menyusun anggaran dengan masuk akal, tidak memasukkan sejumlah penghematan yang mustahil kita. Misalnya saja dengan mengklasifikasi berdasarkan kebutuhan dan keinginan.
Setelah menyusun anggaran dengan baik, kemudian menerapkannya. Melakukan penghematan pada anggaran secara perlahan dan bertahap, agar bisa berjalan mudah dan tidak berpengaruh besar pada aktivitas kita sehari-hari.
Membuat hal ini menjadi mudah dan menyenangkan untuk dilakukan, kemudian memberi reward atas pencapaian tersebut. Sehingga hal ini membuat kita lebih bersemangat dalam melakukan penghematan.
3. Membuat Jadwal Berbelanja
Membatasi waktu belanja dengan menentukan hari-hari yang diperbolehkan untuk berbelanja. Dengan pembatasan dan jadwal belanja yang ketat, maka pengeluaran yang tidak penting selama ini dapat dikurangi.
Membeli pakaian, sepatu atau yang lainnya pada saat off-season supaya nggak kalap, membuat perencanaan dengan baik untuk tahun depan pada saat harga sale secara drastis.
4. Tidak Sering Mengakses Webstore
Semakin jarang membuka website e-commerce tentunya keinginan untuk membeli barang, sedikit demi sedikit menghilang. Nah, alhamdulilah sudah hampir dua bulan ini aku berhasil mengerem hasrat untuk berbelanja.
5. Menabung Dana Lebih
Terkadang ada dana yang berlebih menimbulkan dorongan untuk berbelanja. Biasanya, aku juga cenderung melakukan windows shopping.
Nah, sebelum terjadi biasanya aku langsung masukkan ke dalam pos anak-anak dan selalu mengingat-ingat bahwa dana yang berlebih tersebut akan dialokasikan ke tujuan yang lebih penting (masa depan). Misalnya saja untuk biaya menikah atau biaya pendidikan anak, hal itu menurutku akan mengurangi keinginan belanja dengan lebih efektif.
6. Mengetahui dan memperbaiki Kelemahan
Mencari tahu di pos mana anggaran tersebut selalu membengkak, lalu menerapkan beberapa kebijakan khusus di sana untuk mencegahnya kembali terulang.
Jika belanja adalah kelemahan dalam mengontrol keuangan, maka harus melakukan hal ini dengan hati-hati dan penuh pertimbangan.
7. Terus Berusaha
Perubahan bukanlah sebuah hal yang mudah untuk dilakukan, ada kalanya gagal dan kembali jatuh pada permasalahan yang sama. Untuk itu solusinya, segera bangkit dan kembali menjalankan anggaran sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan sejak awal.
Hal ini memang akan membutuhkan waktu yang sedikit lama, namun jika berkomitmen dalam melakukannya, maka pemborosan pasti bisa dihindarkan.
Post a Comment