Pernah nggak sih kamu merasa useless (tak berguna) dalam melewati sebuah perjalanan kehidupan? Kalau aku pernah, bagaimana caraku mengatasi perasaan itu? Mau tahu ceritanya nggak? Kalau iya, baca postingan ini sampai selesai ya. Selamat membaca!
Sebelum menikah, aku adalah seorang guru di salah satu lembaga pendidikan yang berada di Bontang, Kaltim. Pada tahun 2006-2007 aku bekerja di SMP Yayasan Pupuk Kaltim. Di SMP tersebut, aku mengajar Bahasa Indonesia untuk kelas 7 dan 8. Aku mengajar di sana kurang lebih satu tahun.
Sebelumnya (selama kuliah) aku pun juga sudah mengajar, yaitu mengajar kelas Bahasa Indonesia Penutur Asing (BIPA). Kelas ini mahasiswanya dari luar negeri, ada yang dari Jepang, Amerika dan Australia. Namun, kala itu aku mengajar mahasiswa dari Jepang dan Australia.
Setelah bertemu jodoh di Bontang dan menikah, aku memilih untuk tidak berkarier lagi. Selain permintaan dari suami, aku juga ingin fokus menjadi istri dan ibu, merawat dan mendidik anak-anak.
Aku sangat menikmati peran sebagai ibu rumah tangga, hari demi hari kulalui dengan bahagia dan semangat. Merawat anak-anak, memantau perkembangannya serta melakukan serangkaian pekerjaan domestik tak membuatku bosan, meskipun terkadang aku mengeluh karena kecapean.
Bergelut dengan Perasaan
Ketika anak-anak di usia sekolah, mereka berdua sekolah dan suami kerja, aku merasa sendirian di rumah, tidak ada teman ngobrol, meskipun sebenarnya kalau mau aku bisa chatting maupun Hang Out dengan teman-temanku di luar sana, namun aku nggak terlalu menyukai kegiatan ini.
Terlebih, aku tipikal orang yang suka berada di rumah dibandingkan keluyuran ke luar rumah seperti ibu-ibu lainnya di sini. Bingung mau mengerjakan apa setelah semua pekerjaan domestik selesai. Memasak, bikin Kue di Dapur atau Menjahit bukanlah pekerjaan yang kusukai. Dalam kondisi seperti itu, aku merasakan bahwa diriku tak berguna, baik untuk diri sendiri maupun masyarakat sekitar, sangat menyedihkan.
Sempat terpikir untuk kuliah, tapi efektif nggak ya kalau kuliah online? Pikirku waktu itu. Terus, ada keinginan mengikuti kelas online yang agak santai dan paling penting ada yang aku kerjakan saat nganggur, tapi di mana ya? Aku cari informasi di beberapa media sosial, nihil, belum juga kudapatkan.
Kenal IIP (Institut Ibu Profesional)
Pada suatu hari aku membaca salah satu postingan teman dari media sosial (Facebook), isinya tentang pengumuman pendaftaran kelas online Matrikulasi, Institut Ibu Profesional. Langsung saja setelah membaca postingan tersebut entah mengapa hatiku tergerak dan aku cari tahu lebih lanjut tentang IIP melalui Google Browser.
“Aha! Ternyata ini yang aku cari”. Setelah membaca beberapa informasi terkait, akhirnya aku mantap untuk mendaftarkan diri di kelas tersebut. Alhamdulillah, senang rasanya bergabung dengan teman-teman hebat di seluruh belahan dunia.
Kelas Matrikulasi Batch 5 IIP Luar Negeri, kurang lebih ada 74 orang peserta yang tersebar di beberapa negara (khususnya luar negeri). Ada yang dari Singapura, Malaysia, Hongkong, Belanda, Inggris, KSA, Qatar, Sudan, Jerman, Jepang dan lain sebagainya.
Dari Matrikulasi berlanjut ke kelas Bunda Sayang, Bunda Cekatan dan sekarang lagi masuk di kelas Bunda Produktif. Jujur, semenjak masuk IIP inilah ilmu dan wawasanku kian bertambah. Apalagi saat masuk di Kelas Bunda Cekatan kemarin, seakan aku menemukan harta karun yang sudah lama kucari, minat dan ketrampilanku semakin terasah di kelas ini. Alhamdulillah.
Kelas HSI
Kelas online kedua yang aku ikuti adalah HSI. HSI adalah singkatan dari Halaqah Silsilah Ilmiyyah. HSI AbdullahRoy adalah salah satu Program Belajar Aqidah Islam secara online yang diasuh dan dibimbing oleh Ustadz DR. Abdullah Roy, MA.
Ada berbagai materi yang dipelajari di kelas ini, diantarnya;
1. Belajar Tauhid
2. Mengenal Allah
3. Mengenal Rasulullah
4. Mengenal Agama Islam
5. Beriman kepada Hari Akhir
6. Beriman kepada Malaikat
7. Beriman kepada Kitab-Kitab
8. Beriman kepada Para Rasul
9. Beriman kepada Takdir
10. Belajar Kitab-Kitab Akidah
11. Sirah Nabawiyah
Saat ini aku sudah sampai Halaqah ke-5, yaitu Beriman kepada Hari Akhir. Sistem belajarnya online dengan menggunakan platform/media WhatsApp sebagai penunjang kegiatan belajar para siswa. Materi disampaikan setiap hari (berupa audio) biasanya berdurasi 6-10 menit, dan setiap hari terdapat tes terkait dengan materi yang telah disampakain pada hari tersebut.
Jadi menurutku belajar di sini melibatkan tiga ketrampilan sekaligus, menyimak, menulis dan membaca materi. Adapun tes setiap hari gunanya untuk mengukur pemahaman setiap peserta dalam mencerna isi materi.
Kelas Tamyiz Online
Tamyiz adalah salah satu metode belajar nahwu shorof dan terjemahan AL Qur'an yang sangat mudah dipahami. Di kelas ini dipelajari cara menerjemahkan Al Quran melalui beberapa kosa kata yang sering diulang dalam Al Quran dengan media lagu.
Di kelas ini hampir mirip dengan HSI, bedanya materi yang disampaikan berupa audio dan tulis, setiap hari juga ada latihan untuk mengukur pemahaman para peserta. Alhamdulillah saat ini aku sudah masuk level 2 (menerjemahkan QS Al Baqarah Ayat 6-25).
Pengurus Indonesian QP Refinery
Akhir tahun 2018 aku diamanahi tugas sebagai pengurus Komunitas Indonesian QP Refinery, sesuai dengan passionku yang suka mengolah berbagai data, maka di komunitas ini aku memegang peranan sebagai Bendahara.
Alhamdulillah banyak member yang puas dengan kinerjaku, akhir tahun kemarin seharusnya masa kepengurusan selesai, namun beberapa member mengusulkan agar kepengurusan kami tetap dilanjutkan di periode berikutnya.
Itulah beberapa aktivitas yang aku kerjakan selama ini untuk mengusir perasaan useless tadi dan mengisi waktu luang. Selama mengikuti kelas-kelas tersebut, aku merasa sebagai seseorang yang lebih bermanfaat, selain untuk diri sendiri juga untuk lingkungan sekitar, karena turut berkontribusi dalam suatu komunitas. Nah, mungkin bisa kalian ATM kan ya teman-teman, selamat mencoba!
Post a Comment