Alhamdulillah 5 pekan sudah perjalanan program Mentorship Bunda Cekatan, Ibu Profesional. Saya akui di kelas Bunda Cekatan ini berasa naik Roller Coaster, deg-degan tapi seneng gitu sih, ah pokoknya seru deh, haha...
Setiap pekannya selalu penasaran dengan dongeng/materi baru dari Ibu Septi "Wah, hari ini apalagi ya? Adakah briefing untuk mentor?" pertanyaan yang selalu muncul di benakku, meski ku jarang bisa nonton secara live. Iya memang selalu begitu, karena menyiapkan yang terbaik buat para mentee adalah salah satu komitmen sejak awal ketika mengajukan diri sebagai mentor.
Di awal program Mentorship dibuka, saya mengajukan diri sebagai mentor semata-mata hanya ingin berbagi ilmu dengan teman-teman yang benar-benar membutuhkan, syukur syukur bisa menjadi amal jariyah pemberat timbangan di Yaumul Hisab nanti, Aamin. Segitunya? Iya memang, setiap langkah selalu saya pertimbangkan dengan matang meski terkadang grusa grusu.
Di awal program Mentorship dibuka, saya mengajukan diri sebagai mentor semata-mata hanya ingin berbagi ilmu dengan teman-teman yang benar-benar membutuhkan, syukur syukur bisa menjadi amal jariyah pemberat timbangan di Yaumul Hisab nanti, Aamin. Segitunya? Iya memang, setiap langkah selalu saya pertimbangkan dengan matang meski terkadang grusa grusu.
Sehari kemudian setelah mentee terkumpul, saya langsung eksekusi 8 program yang akan saya sajikan tiap pekannya. Nah, saya memang pantang menunda-nunda sesuatu yang nantinya akan menjadi kewajiban saya. Begitu dapat ide, langsung bikin draftnya.
Eh, dilalah dapat arahan dari pusat. Alhamdulillah ikuti saja, toh nggak ada ruginya kok jika sudah menuliskan semua ide, agar tidak gagap dengan alur saat mentoring dimulai. Bisa dijadikan 'Cemilan' buat para mentee.
Eh, dilalah dapat arahan dari pusat. Alhamdulillah ikuti saja, toh nggak ada ruginya kok jika sudah menuliskan semua ide, agar tidak gagap dengan alur saat mentoring dimulai. Bisa dijadikan 'Cemilan' buat para mentee.
Di pekan kedua kemarin, kami para mentor sebisa mungkin menggunakan komunikasi produktif saat membangun bonding dengan para mentee, nah di pekan kelima ini ada yang baru (istilah baru) lagi nih, Devil's Advocate. Apa itu? Ah itu nanti saja dibahas.
Cek Progress
Pertama yang kita lakukan, Check Progress para Mentee selama 4 pekan. Nah di sini posisi saya sebagai Mentor menanyakan pada Mentee, bagaimana progress (selama menjalankan program), adakah hambatan atau tantangan selama program, hal apa saja yang membuat stuck, dan sebagainya.Semacam proses evaluasi terhadap Mentee. Jika ada kesulitan ataupun hal yang ingin ditanyakan, maka kita bahas bersama-sama. Kebetulan memang saya agendakan di hari Sabtu kemarin dengan menggunakan platform Google Meet.
Memberikan kesempatan para mentee satu persatu untuk menceritakan progressnya, ini membuat saya semakin memahami tantangan mereka masing-masing. Dan ini pun saya harap juga memberikan inspirasi dan semangat bagi yang lainnya.
Kebanyakan yang menjadi tantangan terbesar mereka masih sering ‘tergoda’ makanan yang ada di depan mata, manajemen waktu olahraga. Adapun salah satu Mentee yang progressnya lumayan bagus, banyak perubahan dari pekan sebelumnya, namun ada pula yang masih on-off.
Memberikan kesempatan para mentee satu persatu untuk menceritakan progressnya, ini membuat saya semakin memahami tantangan mereka masing-masing. Dan ini pun saya harap juga memberikan inspirasi dan semangat bagi yang lainnya.
Kebanyakan yang menjadi tantangan terbesar mereka masih sering ‘tergoda’ makanan yang ada di depan mata, manajemen waktu olahraga. Adapun salah satu Mentee yang progressnya lumayan bagus, banyak perubahan dari pekan sebelumnya, namun ada pula yang masih on-off.
False Celebration
Yang kedua adalah False Celebration. Apa itu merayakan kesalahan? Yup, kurang lebihnya seperti itu. “Its Ok to make mistakes as long as i learn from my self”. Nggak masalah jika kita membuat kesalahan, selama saya tahu dan saya belajar dari kesalahan tersebut.Penting dalam melakukan False Celebration ini adalah;
- Mengakui kesalahan
- Mempunyai komitmen tinggi
- Suatu keterampilan bisa diasah dengan konsistensi (mulai dari 0 akan berubah) jika melatih dengan konsistensi yang terus menerus, pasti akan mendapatkan hasil yang berbeda, tapi urusan mental harus dilatih terus menerus karena kita tidak bisa mengubah seketika.
- False celebration fokus pada mentalnya, bukan keterampilannya.
Saat False Celebration ini, saya pun mendengarkan kejujuran dari para mentee jika selama pelaksanaan program ada kesalahan (melakukan kesalahan). Harus tega mengatakan yang sebenarnya, jika ada mentee yang dinilai kurang maksimal dan bersungguh-sungguh selama program, maka katakan yang sebenarnya, dan di sini para mentee diuji emosinya. Inilah yang dinamakan Devil’s Advocate.
Dengan hadirnya Devil’s Advocate ini harapannya bisa memacu semangat mentee. Tapi juga harus hati-hati, jangan sampai malah membuat semangatnya down dan akhirnya menyerah di tempat.
Setelah kami melakukan cek progress, kemudian mengadakan False Celebration, maka yang terakhir adalah feedback. Feedback dari mentor untuk mentee.
Lantas bagaimana feedback saya terhadap para mentee? Saya apresiasi atas kejujuran para mentee, yang tetap berusaha semaksimal mungkin dalam menjalani program ini. Dan saya sampaikan bahwa dalam menjalankan sebuah program itu memerlukan komitmen. Dengan siapa? Ya dengan diri sendiri, kan program untuk dirinya sendiri bukan untuk orang lain.
360° feedback
Yang terakhir adalah 360° feedback. 360° feedback adalah wadah untuk para peserta dalam mentorship saling sharing perasaan saat mengikutinya.Setelah kami melakukan cek progress, kemudian mengadakan False Celebration, maka yang terakhir adalah feedback. Feedback dari mentor untuk mentee.
Lantas bagaimana feedback saya terhadap para mentee? Saya apresiasi atas kejujuran para mentee, yang tetap berusaha semaksimal mungkin dalam menjalani program ini. Dan saya sampaikan bahwa dalam menjalankan sebuah program itu memerlukan komitmen. Dengan siapa? Ya dengan diri sendiri, kan program untuk dirinya sendiri bukan untuk orang lain.
Pentingnya komitmen dengan diri sendiri, bukan dengan Mentor maupun yang lainnya. Lakukan self talk, apa harapan saya dari program ini? Apakah benar ada tujuan yang harus saya capai?
Sehingga dengan pendekatan seperti itu harapannya ada keseriusan dalam menjalani program, nggak cuma setengah-setengah. Jika “Ya” jawabannya, maka kita harus berani menjaga komitmen serta konsistensi. Sebaliknya, kalau niat cuma setengah-setengah ya harus legowo terima konsekuensinya.
Nah, dari apa yang sampaikan tadi harapannya para mentee ini dapat motivasi dan menjalankan programnya dengan sungguh-sungguh. Tidak hanya sampai di situ, saya pun berbagi pengalaman tentang bagaimana perjuangan saya, tantangan saya, kesalahan yang pernah saya lakukan dulu, mencoba lagi dan terus mencoba hingga mencapai apa yang saya targetkan hingga sekarang.
Sehingga dengan pendekatan seperti itu harapannya ada keseriusan dalam menjalani program, nggak cuma setengah-setengah. Jika “Ya” jawabannya, maka kita harus berani menjaga komitmen serta konsistensi. Sebaliknya, kalau niat cuma setengah-setengah ya harus legowo terima konsekuensinya.
Nah, dari apa yang sampaikan tadi harapannya para mentee ini dapat motivasi dan menjalankan programnya dengan sungguh-sungguh. Tidak hanya sampai di situ, saya pun berbagi pengalaman tentang bagaimana perjuangan saya, tantangan saya, kesalahan yang pernah saya lakukan dulu, mencoba lagi dan terus mencoba hingga mencapai apa yang saya targetkan hingga sekarang.
Perjalanan menuju sesuatu yang besar itu tidak ada yang mulus bak jalan tol, banyak rintangan yang terkadang membuat pasrah, pesimis dan akhirnya mengacungkan bendera putih.
Tapi jika kita kembalikan lagi pada komitmen kita sebelumnya pada diri sendiri, hal-hal negatif tersebut pada akhirnya tersingkir sendiri kok. Makanya pentingnya kita menguatkan diri dalam berkomitmen dengan diri sendiri.
Tapi jika kita kembalikan lagi pada komitmen kita sebelumnya pada diri sendiri, hal-hal negatif tersebut pada akhirnya tersingkir sendiri kok. Makanya pentingnya kita menguatkan diri dalam berkomitmen dengan diri sendiri.
Semangat buat materi selanjutnya, yeay!
Post a Comment