aprilhatni.com
aprilhatni.com

Menjadi Guru Bukanlah Hanya Sekadar Profesi Semata

profesi guru
Ketika membahas tentang profesi, yang terlintas di pikiran saat ini adalah suasana sekolah, kantin, ruang guru, teman sekantor, ruang kelas, dan murid.

Yah, 13 tahun silam saya berkarir di bidang pendidikan, tepatnya sebagai pengajar, mentor, atau guru dan waktu itu tentunya masih single dong, hehe…

Tapi setelah memutuskan menikah, maka saya pun rela meninggalkan karir di dunia pendidikan dan memilih fokus untuk keluarga tercinta. Bagaimana kisahnya? Yuk, mari flashback dulu!

Semasa di bangku Sekolah Dasar

Menjadi guru adalah cita-cita saya sejak kecil. Mungkin karena ada background keluarga yang mayoritas berprofesi sebagai guru, maka saya pun waktu kecil jika ditanya tetangga maupun orang lain pasti menjawab "ingin menjadi menjadi guru".

Dulu ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, saya sering berperan menjadi 'guru' untuk teman-teman di saat jam istirahat. Saya suka sekali menirukan cara maupun gaya bicara guru saat menerangkan pelajaran di kelas. 

Biasanya ketika jam istirahat tiba, teman-teman saya kumpulkan untuk saya jadikan sebagai 'murid-murid' saya, dan mereka pun dengan senangnya langsung mengiyakan ajakan saya waktu itu, ajib, yak? hehe…

Tapi hal itu hanya berlangsung sampai kelas 5 SD saja, kelas 6 sudah harus fokus dan konsentrasi untuk persiapan Ujian Nasional, maka sudah tidak ada waktu untuk main-main lagi.

Oh ya, di rumah juga terkadang sering bermain sendiri menjadi 'guru' tapi tanpa murid, alias berbicara sendiri di depan cermin dan papan tulisnya lemari pakaian, haha…

Supaya tidak ketahuan bapak atau ibu, biasanya saya kunci pintu kamar, bisa gawat jika ketahuan corat-coret lemari, bakalan diomelin ibu.

Masa SMA

Tepatnya kelas 3 SMA yang waktu itu akan menghadapi Ujian Nasional dan Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri, maka saya pun memutuskan untuk menambah jam belajar dengan mengikuti bimbingan di salah satu Lembaga Bimbingan Belajar yang terletak di Kota Kediri, yaitu LBB BEST. 

Saya yang waktu itu masih galau bin bimbang untuk memutuskan kuliah di mana dan ambil jurusan apa kelak, akhirnya setelah beberapa kali mendapat bimbingan dari mentor Bahasa Indonesia saya pun seakan menemukan jawabannya.

Iya, jawabannya ada pada kepribadian bu guru Bahasa Indonesia, saya lupa namanya yang jelas ketika beliau menerangkan materi dan memberikan trik-trik dalam menjawab soal-soal latihan UNAS maupun UMPTN sangat mudah dimengerti.

Selain itu, cara bicara maupun body language nya membuatku kagum, tertegun, dan dalam hati langsung berkata "aku ingin seperti dia". Yah, waktu itu saya pun langsung memutuskan “aku ingin jadi guru Bahasa Indonesia”. 

Terbukti pada hasil ujian Caturwulan maupun Ujian Nasional, nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia paling unggul dibanding mata pelajaran lainnya. Dan hal ini semakin memperkuat keinginanku untuk memilih jurusan Bahasa Indonesia saat tes UMPTN nantinya. 

Menjelang Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri, saya sempat berdiskusi dengan mentor Bahasa Indonesia tadi. Dan beliau menyarankan agar memilih Perguruan Tinggi Negeri yang ada di Malang, yaitu Universitas Negeri Malang yang dulunya bernama IKIP Malang.

Tanpa pikir panjang, saya pun menyetujui saran beliau, karena beliau figur yang saya kagumi. Memang benar sih, Malang lebih dekat dengan rumah, termasuk dataran tinggi dan pastinya lebih nyaman dan tenang saat belajar, karena daerah yang dingin.

Masa tes UMPTN sudah terlewati dengan lancar, saya pun lega. Tiba di ujung penantian yaitu pengumuman penerimaan mahasiswa baru, alhamdulillah saya pun diterima di kampus biru (Universitas Negeri Malang). 

Saat itu pengumuman dimuat di koran Memorandum dan setelah beberapa saat skimming, akhirnya menemukan juga nama saya di dalamnya, alhamdulillah. Senang, haru, dan bahagia diri ini saat membaca nama sendiri ada di dalam koran tersebut. Orang tua pun juga turut bangga, terutama bapak.

Pendapat Orang Tentang Seorang Guru

Bagi sebagian orang, pekerjaan sebagai tenaga pendidik atau guru waktu itu masih dianggap sebelah mata dan sebagai pekerjaan biasa saja, sebagaimana profesi-profesi lainnya dalam kehidupan masyarakat. 

Akan tetapi bagi seorang guru yang memiliki pandangan jauh kedepan, profesi guru merupakan profesi yang sangat luar biasa. Hal ini dikarenakan sebagai seorang guru sejati dia menganggap bukan hanya atasan ataupun orang tua siswa yang akan meminta pertanggungjawaban atas pekerjaannya, melainkan juga Allah ta’ala. 

Baginya, anak didik adalah amanah yang harus dijaga dengan baik. Hitam atau putihnya siswa kelak tak lepas dari sentuhannya selama proses pembinaan. Banyak yang memandang sebelah mata tentang profesi guru ini, apalagi guru Bahasa Indonesia.

Namun hal itu tidak akan bisa menyurutkan keinginan saya untuk mewujudkan mimpi. Karena saya  sangat yakin bahwa apa yang ada dipikiran orang-orang tidaklah benar.

Semua orang tentu saja bisa mengajar, namun tidak semua orang mampu menjadi seorang pendidik yang baik. Hal ini dikarenakan seorang pendidik haruslah memiliki beberapa sifat khusus yang melekat pada dirinya. 

Ketekunan, keikhlasan, serta kesabaran dalam menghadapi anak didik adalah syarat mutlak bagi seorang pendidik. Baginya setiap tetesan keringat dan air mata akan menjadi saksi yang akan meringankan bebannya di hari perhitungan kelak. 

Setiap kekurangan yang dimiliki oleh anak didiknya, sebagai ladang pahala untuk meraih ridha Ilahi. Hal ini pun sebagai latar belakang untuk mewujudkan mimpi saya. 

Masa Kuliahan

Di tengah kesibukan dalam menyelesaikan skripsi, seorang dosen sekaligus Ketua Jurusan menawarkan pekerjaan untuk saya, beliau adalah Pak Yaeni. Pak Yaeni meminta saya untuk membantu mengajar kelas CIS-BIPA karena memang kata beliau tenaga pengajarnya kurang, sedangkan mahasiswa asing yang belajar di kampus semakin bertambah. 

CIS-BIPA (Central for Indonesian Studies - Bahasa Indonesia Untuk Penutur Asing) merupakan program pembelajaran Bahasa Indonesia untuk orang asing (foreigner) yang hanya ada di kampus UM.

Nah, dari sinilah bisa dikatakan awal dari saya berkarir. Saya mengajar beberapa siswa asing, di antaranya tiga mahasiswa dari Jepang, dan satu mahasiswa dari Australia. Ternyata mengajar orang asing itu banyak sekali tantangannya, dan ini memang pengalaman pertama.

Tapi saya pun tak lama mengajar kelas BIPA ini, hanya sekitar tiga bulan saja, karena waktu itu ada lowongan pekerjaan di Yayasan Pupuk Kaltim. Untuk menambah pengalan dan jam kerja, saya pun mencoba mendaftarkan diri, alhamdulillah diterima.

Menyambung Misi Ke Borneo

Di Yayasan Pupuk Kaltim ini saya mengajar kelas VII. Di sinilah tepatnya saya menyambung karir sebelumnya. Banyak sekali pengalaman baru yang saya dapatkan dari profesi ini, mulanya agak kewalahan karena sebelumnya mengajar orang dewasa kini mengajar anak-anak. 

Tapi akhirnya, seiring berjalannya waktu saya mulai menikmati perjalanan sebagai seorang guru. Memang yang namanya hidup tentu tidak selamanya yang kita inginkan akan kita dapatkan. Tetapi kalau kita bersyukur tentulah Allah akan menambah nikmatNya untuk kita.

Memang kunci utama menjadi seorang guru adalah keikhlasan dan kesabaran, walaupun sebagai manusia biasa terkadang kita juga terbawa emosi dalam menghadapi segala tingkah polah dari anak didik kita, namun dengan mengedepankan rasa ikhlas dan sabar kita pasti akan dapat mengontrol perasaan.

Bangganya Menjadi Guru

Menjadi guru bukanlah pekerjaan yang mudah, di dalamnya dituntut pengabdian dan juga ketekunan.
Menjadi guru harus banyak kesabaran dan kasih sayang dalam menyampaikan materi, sebab sejatinya seorang guru bukan hanya mengajarkan ilmu tapi juga mendidik dan membentuk karakter siswa.

Dari gurulah kita belajar membaca dan menulis, dari gurulah kita mengenal angka dan huruf. Melalui guru kita juga belajar budi pekerti. Guru membentuk hati kita menjadi pribadi yang baik. Tak berlebihan jika kita menyebutkan guru adalah pekerjaan yang mulia, bukan sekadar profesi semata.

Thank You and Have a Nice Day!

Post a Comment